Makalah Bahasa indonesia Menarasikan Pengalaman dalam Naskah Drama


Halo kali ini saya akan memposting pelajaran lagi nih.. Makalah bahasa Indonesia ini lah dia, hanya untuk membantu pembaca untuk bisa mempelajari materi bahasa Indonesia tentang menarasikan pengalaman manusia ke naskah drama gitu. Mohon maaf jika masih banyak kekurangan maklum ilmu untuk buat makalah masih sangat kurang. Semoga materi tentang narasi ini membantu. Dari pada lama periksa  di bawah ini aja..
 












MENARASIKAN PENGALAMAN MANUSIA DALAM BENTUK ADEGAN DAN LATAR PADA NASKAH DRAMA





Oleh :
.....
Kelas :
....

Guru Pembimbing :
....






SMA PANCA SETYA SINTANG
2016


KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang masalah
1.2 Perumusan masalah
1.3 Tujuan      
1.4 Manfaat
1.5 Metode Penulisan

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Narasi
2.2 Pengertian Latar dan Macam- macam Latar
2.3  Menarasikan Pengalaman Dalam Drama
2.4  Langkah-Langkah Menarasikannya Dalam Bentuk Adegan Drama
2.5 Drama Memiliki Dua Aspek, Yaitu Aspek Cerita Dan Aspek Pementasan
            2.6 Cara Menulis Dialog Yang Benar
      2.7 Teknik Menulis Naskah Drama
           2.8 Apa Saja yang Harus Ada pada Naskah Drama
    
BAB III PENUTUP
3.1 Kritik dan Saran
3.2 Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA



Kata Pengantar

Puji dan syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah ini. Dalam pembuatan makalah ini, banyak kesulitan yang kami alami terutama disebabkan oleh kurangnya pengetahuan. Namun berkat bimbingan dan bantuan dari semua pihak akhirnya makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Tak ada gading yang tak retak. Begitu pula dengan makalah yang kami buat ini yang masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran agar makalah ini menjadi lebih baik serta berdaya guna dimasa yang akan datang.






BAB I
PENDAHULUAN
           
1.1        Latar Belakang Masalah
Dibuatnya makalah yang berisi tentang Menarasikan Pengalaman Manusia Dalam Bentuk Adegan Dan Latar Pada Naskah Drama, karena untuk memenuhi tugas bahasa indonesia. Selain itu mudah-mudahan isi dari makalah ini bermanfaat bagi kita yang membaca dan mempelajarinya. Serta mudah-mudahan bisa menambah wawasan dan pengetahuan tentang Menarasikan Pengalaman Manusia Dalam Bentuk Adegan Dan Latar Pada Naskah Drama.

1.2   Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan narasi?
2. Apa yang dimaksud dengan latar?
3. Bagaimana  menarasikan pengalaman dalam drama?
4. Apa saja aspek dalam drama?


1.3    Tujuan
Untuk meningkatkan pembelajaran tentang Menarasikan Pengalaman Manusia Dalam Bentuk Adegan Dan Latar Pada Naskah Drama, meningkatkan kemampuan kalian dalam berbahasa indonesia, secara baik dan benar. Baik secara lisan maupun tertulis. Dan supaya menambah keterampilan kalian dalam mengapresiasikan sastra.

1.4        Manfaat
Memberi  pengetahuan bagi peserta didik mengenai menarasikan pengalaman dalam drama.

1.5        Metode Penelitian
Penulisan makalah ini menggunakan metode studi pustaka. Metode penulisan makalah ini dengan mengumpulkan bahan-bahan,materi-materi dan informasi-informasi yang diperoleh dari jurnal yang tersedia.



BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Narasi
Narasi adalah salah satu jenis pengembangan paragraf dalam sebuah tulisan yang rangkaian peristiwa dari waktu ke waktu dijabarkan dengan urutan awal, tengah, dan akhir.
Apabila kita ingin menyusun pengalaman menarik dalam bentuk drama, langkah awal yang perlu dilakukan adalah menyusun dalam bentuk wacana narasi. Di dalam wacana narasi tersebut hendaknya sudah terbentuk kerangka certita berupa sinopsis. Selanjutnya sinopsis tersebut kita ubah menjadi naskah drama dengan memerhatikan beberapa hal.
a.    Plot (alur)
Plot ( alur ) drama terbagi menjadi 5 tahap, pengenalan, komplikasi, klimaks, resolusi dan ending. Lakon drama yang baik selalu mengandung konflik, menggambarkan pertentangan, bahkan pertikaian antarpribadi yang berlawanan. Pertentangan juga bisa terjadi antar tokoh dengan lingkungan atau antar tokoh dengan perasaan sendiri. Bisa juga perjuangan tokoh dalam melawan penyakit, memperbaiki nasib, atau menentang keinginan. 
b.     Karakter
Karakter dapet digambarkan dalam mimik, gerak, dialog, dan penampilan. Karakater yang muncul dipnggung menunjukan keragaman berupa perbedaan” menyolok (kontras). Semua karakter tokoh harus dirancangsejak penulisan naskah. Pemain hanya menghayati dan menjalakn petunjuk dalam naskah denagan bantuan sutradara. 

2.2 Pengertian Latar dan Macam- macam Latar
Dalam pementasan drama akan sangat lebih indah jika latar digunakan karna latar sangat berfungsi dalam pementasan drama kita yang gunanya untuk membuat suasananya lebih nyata dan terkesan profesional dalam pementasan drama, karna dalam Drama latar memiliki peran yang sangat dominan dalam mendukung pementasan drama karna sesungguhnya latar menjadi bagian dalam pementasan drama, Latar terbagi menjadi bermacam-macam dari setiap latar tersebut memiliki fungsi masing-masing dalam pementasan drama sehingga drama kita lebih baik dan profesional dimana kita mementaskan sebuah drama yang sangat mirip dengan latar di kenyataannya dalam drama tersebut. Untuk lebih mengetahui apakah itu latar ??.. Macam-macam latar ??.. mari kita lihat jawabannya yang dirangkum dengan tema Pengertian Latar dan Macam-macam Latar seperti yang ada dibawah ini,

A. Pengertian latar ialah keterangan mengenai tempat, ruang,waktu dan suasana cerita di dalam drama.

B.  Macam-macam Latar 
Macam-macam Latar sebagai berikut..

a. Latar tempat : misalnya pengembaraan tempat kejadian di didalam naskah drama, di medan perang, di meja makan, dan sebagainya. 

b. Latar waktu : pengembaraan waktu kejadian di dalam naskah drama, misalnya pagi hari pada tanggal 17 Agustus 1945, dan sebagainya. 

c. Latar suasana/ budaya : penggambaran suasana atau budaya yang melatarbelakangi terjadinya adegan atau peristiwa, misalnya dalam budaya masyarakat Betawi, melayu dan sebagainya.

2.3  Menarasikan Pengalaman Dalam Drama
Menarasikan adalah pengisahan suatu cerita atau kejadian, Latar adalah tempat waktu dan suasana terjadinya peristiwa. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), adegan adalah pemunculan tokoh baru atau pergantian susunan (layar) pada pertunjukan wayang, adegan sebagai bagian adegan yang lebih besar, adegan yang diubah bentuknya dengan disaksikan langsung oleh penonton.

2.4  Langkah-Langkah Menarasikannya Dalam Bentuk Adegan Drama:
- Menciptakan setting/latar
- Mendeskripsikan latar
- Menciptakan tokoh
- Mendeskripsikan karakter masing-masing tokoh
- Menciptakan alur
- Menggabungkan antara alur dgn setting dan tokoh yg terlibat pada setiap babak
- Menggambarkan isi pokok dialog tokoh pada setiap babak sesuai alurnya.
- Deskripsikan isi pokok dialog  para tokoh pada masing-masing kejadian.
- Menyusun skenario drama.

2.5 Drama Memiliki Dua Aspek, Yaitu Aspek Cerita Dan Aspek Pementasan

A.   Aspek cerita

B.   Aspek pementasan 

a. ASPEK CERITA   
Aspek cerita mengungkapkan peristiwa atau kejadian yang dialami pelaku. Kadang-kadang pada kesan itu tersirat pesan tertentu. Keterpaduan kesan dan pesan ini terangkum dalam cerita yang dilukiskan dalam drama.

b. ASPEK PEMENTASAN
Aspek pementasan drama dalam arti sesungguhnya ialah pertunjukan di atas panggung berupa pementasan cerita tertentu oleh para pelaku. Pementasan ini didukung oleh dekorasi panggung, tata lampu, tata musik dsb. Kekhasan naskah drama dari karya sastra yang lain ialah adanya dialog, alur, dan episode. Dialog drama biasanya disusun dalam bentuk skenario (rencana lakon sandiwara secara terperinci). Bermain peran adalah kegiatan memerankan pribadi orang lain berkenaan dengan watak/sikap/tingkah laku. Untuk dapat memerankan orang lain tersebut, perlu dibentuk seorang tokoh yang sesuai dengan imajinasi/bayangan. Pembentukan bayangan/imajinasi tokoh tersebut perlu dijelaskan dalam sebuah karangan yang berbentuk deskripsi.
   
    
             2.6 Cara Menulis Dialog Yang Benar
  
a. Contoh penulisan kalimat dialog yang benar :
      * “Kita akan pergi sekarang.” Aku dan Tono bergegas. *jika akhir kalimat dialog adalah titik, maka huruf awal kata setelah tanda kutip penutup (“) harus huruf capital/besar+.

* “Semua akan baik-baik saja,” kataku kepada Tono. [jika akhir kalimat dialog adalah koma, maka huruf awal kata berikutnya setelah tanda kutip penutup (“) adalah huruf kecil+.

*  “Memangnya kamu mau ke mana?” tanya Indah padaku.
*  jika akhir kalimat dialog menggunakan tanda tanya (?), maka huruf awal kata berikutnya setelah tanda kutip penutup (“) digunakan huruf kecil].

*          “Hei, tunggu!” Teriak Udin sambil berlari ke arahku.
*          jika akhir kalimat dialog menggunakan tanda seru (!), maka huruf awal kata setelah tanda kutip penutup (“) dimulai dengan huruf capital/besar].

*          Setiap dialog baru, harus dibuat alinea/paragraph baru walau cuma satu kata/kalimat. Contoh : “Aku cemburu padanya!” Seru Ina marah. “Ha? Cemburu pada siapa?” tanyaku penasaran. 2 dialog tersebut tidak dijadikan satu kesatuan, akan tetapi terpisah menjadi 2 baris kalimat.

*          Setiap huruf awal kalimat dialog harus capital/besar. Contoh :  “Aku pulang,” kataku kepada Roi yang masih mematung.

*          Tanda koma (,) dan titik (.) diletakkan sebelum tanda kutip penutup, bukan sesudahnya. Contoh : “Aku bingung harus bagaimana,” kataku pada Ratih. “Aku berhenti.”

*          Setelah tanda tanya (?) dan tanda seru (!) setelah ditutup dengan tanda kutip (“), tidak ada koma dan titik lagi.

*          Tanda kutip dengan kata sebelum dan sesudahnya tidak ada spasi, jadi semuanya disatukan. Contoh : “Ayo kita main!”

b. Penggunaan kata ulang harus disertai dengan tanda penghubung (-), kecuali bila karya tulis berupa puisi maka tidak ada tanda penghubung melainkan seluruh kata harus disatukan.
Contoh : Daun-daun berguguran. [dalam cerpen, novel dll] Daundaun berguguran [dalam bentuk puisi]

c. Symbol Horizontal Bar (―) digunakan sebagai separator/pemisah 2 kalimat yang saling berhubungan.
Contoh : … handphone-ku berdering―ada panggilan masuk―saat aku sedang mengobrol dengannya.

      d. Penggunaan kata depan―di, ke, dari―untuk penunjukkan tempat ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya, selain itu ditulis bergabung dengan kata yang mengikutinya. Kecuali di dalam gabungan kata yang sudah dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan daripada. Contoh : Aku mengantarkan surat itu kepada Ima yang sedang berada di kantin.

e. Penyisipan kata gaul yang berada di luar dialog harus dimiringkan (italic), sedangkan di dalam kalimat dialog tidak dimiringkan.

f. Penggunaan catatan kaki (footnote) untuk menjelaskan kaidah/arti dari bahasa asing/serapan dan bahasa daerah.

g. Secara tersirat, tanda titik 3 menyatakan ‘koma/menggantung’. Sedangkan tanda titik 4 menyatakan ‘titik/berhenti’. Dalam penulisannya dipisahkan oleh spasi dari kata yang mengikuti maupun diikutinya. Karena menyatakan koma, maka huruf awal kata setelah tanda titik 3 adalah huruf kecil, sedangkan setelah tanda titik 4 adalah huruf capital/besar.

h. Penggunaan singkatan umum ditulis dengan huruf capital/besar dan bila ditulis serangkai dengan kata lainnya maka harus disisipkan tanda penghubung (-). Contoh : SMS-ku telah sampai padanya.

i. Penulisan kalimat dialog tidak perlu diitalic atau dimiringkan.

j. Imbuhan dan akhiran yang mengiringi bahasa asing/serapan ataupun bahasa daerah dipisahkan oleh tanda penghubung (-) dan penulisan kata asingnya harus dimiringkan (italic). Contoh : Me-recall Hanphone-ku, dll


2.7 Teknik Menulis Naskah Drama

Beberapa langkah di bawah ini dapat dijadikan acuan untuk menulis naskah drama.
a. Menentukan Tema. 
Tema adalah gagasan dasar cerita atau pesan yang akan disampaikan oleh pengarang kepada penonton. Tema, akan menuntun laku cerita dari awal sampai akhir. Misalnya tema yang dipilih adalah “kebaikan akan mengalahkan kejahatan”, maka dalam cerita hal tersebut harus dimunculkan melalui aksi tokoh-tokohnya sehingga penonton dapat menangkap maksud dari cerita bahwa sehebat apapun kejahatan pasti akan dikalahkan oleh kebaikan.

b. Menentukan Persoalan (Konflik). 
Persoalan atau konflik adalah inti dari cerita teater. Tidak ada cerita teater tanpa konflik. Oleh karena itu pangkal persoalan atau titik awal konflik perlu dibuat dan disesuaikan dengan tema yang dikehendaki. Misalnya dengan tema “kebaikan akan mengalahkan kejahatan,” pangkal persoalan yang dibicarakan adalah sikap licik seseorang yang selalu memfitnah orang lain demi kepentingannya sendiri. Persoalan ini kemudian dikembangkan dalam cerita yang hendak dituliskan.

C. Membuat Sinopsis (ringkasan cerita). 
Gambaran cerita secara global dari awal sampai akhir hendaknya dituliskan. Sinopsis digunakan pemandu proses penulisan naskah sehingga alur dan persoalan tidak melebar. Dengan adanya sinopsis maka penulisan lakon menjadi terarah dan tidak mengada-ada.

d. Menentukan Kerangka Cerita. 
Kerangka cerita akan membingkai jalannya cerita dari awal sampai akhir. Kerangka ini membagi jalannya cerita mulai dari pemaparan, konflik, klimaks sampai penyelesaian. Dengan membuat kerangka cerita maka penulis akan memiliki batasan yang jelas sehingga cerita tidak bertele-tele. William Froug (1993) misalnya, membuat kerangka cerita (skenario) dengan empat bagian, yaitu pembukaan, bagian awal, tengah, dan akhir. Pada bagian pembukaan memaparkan sketsa singkat tokoh-tokoh cerita. Bagian awal adalah bagian pengenalan secara lebih rinci masing-masing tokoh dan titik konflik awal muncul. Bagian tengah adalah konflik yang meruncing hingga sampai klimaks. Pada bagian akhir, titik balik cerita dimulai dan konflik diselesaikan. Riantiarno (2003), sutradara sekaligus penulis naskah Teater Koma, menentukan kerangka lakon dalam tiga bagian, yaitu pembuka yang berisi pengantar cerita atau sebab awal, isi yang berisi pemaparan, konflik hingga klimaks, dan penutup yang merupakan simpulan cerita atau akibat.

e. Menentukan Protagonis. 
Tokoh protagonis adalah tokoh yang membawa laku keseluruhan cerita. Dengan menentukan tokoh protagonis secara mendetil, maka tokoh lainnya mudah ditemukan. Misalnya, dalam persoalan tentang kelicikan, maka tokoh protagonis dapat diwujudkan sebagi orang yang rajin, semangat dalam bekerja, senang membantu orang lain, berkecukupan, dermawan, serta jujur. Semakin detil sifat atau karakter protagonis, maka semakin jelas pula karakter tokoh antagonis. Dengan menulis lawan dari sifat protagonis maka karakter antagonis dengan sendirinya terbentuk. Jika tokoh protagonis dan antagonis sudah ditemukan, maka tokoh lain baik yang berada di pihak protagonis atau antagonis akan mudah diciptakan.

f. Menentukan Cara Penyelesaian. 
Mengakhiri sebuah persoalan yang dimunculkan tidaklah mudah. Dalam beberapa lakon ada cerita yang diakhiri dengan baik tetapi ada yang diakhiri secara tergesa-gesa, bahkan ada yang bingung mengakhirinya. Akhir cerita yang mengesankan selalu akan dinanti oleh penonton. Oleh karena itu tentukan akhir cerita dengan baik, logis, dan tidak tergesa-gesa.

g. Menulis. 
Setelah semua hal disiapkan maka proses berikutnya adalah menulis. Mencari dan mengembangkan gagasan memang tidak mudah, tetapi lebih tidak mudah lagi memindahkan gagasan dalam bentuk tulisan. Oleh karena itu, gunakan dan manfaatkan waktu sebaik mungkin.



2.8 Apa Saja yang Harus Ada pada Naskah Drama

      a. Judul Cerita
Judul cerita merupakan inti dari naskah drama yang akan dipertunjukkan. Seorang penulis naskah drama harus memperhitungkan ketertarikan penonton dengan judul naskah drama yang dibuat. Judul yang tidak menarik akan membuat penonton enggan mendatangi pertunjukan.

      b. Sinopsis
Sinopsis adalah ringkasan cerita di dalam naskah drama. Sinopsis perlu dibuat untuk membantu kru pementasan mempersiapkan segala hal terkait dengan pertunjukan.

      c. Jumlah Pemain
Untuk naskah drama sebaiknya memperhatikan jumlah pemain yang akan terlibat dalam pertunjukan drama, baik itu teater, film, maupun drama radio. Dalam pertunjukan drama menggunakan media teater, maka jumlah pemain sangatlah penting untuk diperhatikan mengingat terbatasnya ruang (panggung) yang tersedia. Namun dalam film dan radio, jumlah pemain tidak menjadi begitu penting karena bisa disiasati dengan berbagai cara.

      d. Penggambaran Setting
Dalam membuat naskah drama, harus digambarkan setting (tempat peristiwa) berlangsung. Hal ini terlihat di awal naskah tersebut ditulis. Penggambaran setting ini perlu untuk memudahkan sutradara ataupun pemain menyesuaikan pertunjukan drama yang akan dimainkan.


BAB III
PENUTUP
3. 1      Kritik dan Saran
            Sekarang ini pada umumnya generasi muda mulai meninggalkan narasi mereka tanpa pulpen dan buku, mereka lebih memilih memakai media sosial untuk menulis rangkaian peristiwa yang mereka alami. Sehingga kini menulis adalah hal mudah tanpa memperhatikan unsur-unsur penting didalamnya. Seharusnya dalam membuat rangkaian tulisan kita harus memperhatikan tataan bahasa, plot yang harus saling berkaitan dan karakter yang harus memiliki emosi yang hidup. Bukan hanya sekedar menulis karena setiap tulisan itu harus memiliki kepribadiaan.
3.2       Kesimpulan
Narasi adalah salah satu jenis pengembangan paragraf dalam sebuah tulisan yang rangkaian peristiwa dari waktu ke waktu dijabarkan dengan urutan awal, tengah, dan akhir.  Jadi menarasikan adalah pengisahan suatu cerita atau kejadian. Latar adalah tempat waktu dan suasana terjadinya peristiwa. Adegan adalah pemunculan tokoh baru atau pergantian susunan (layar) pada pertunjukan wayang, adegan sebagai bagian adegan yang lebih besar, adegan yang diubah bentuknya dengan disaksikan langsung oleh penonton.






DAFTAR PUSTAKA




Semoga makalah diatas membantu dan dapat bermanfaat ya.. jangan lupa jika mau di copy sertakan sumbernya dari blog ini karena walau bagaimanapun author yang cape" nyusunnya hingga jadi makalah seperti itu. Terima Kasih..


1 comments: